Kelatnas Perisai Diri Kota Banjar

iklan banner

Kamis, 09 Juni 2022

Mari mengenal sejarah Perisai Diri

     


    Perisai Diri resmi berdiri pada 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra seorang bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum resmi mendirikan Perisai Diri, ia berlatih silat di Akademi Taman Siswa atas permintaan pamannya Ki Hajar Dewantoro.
   

   

      Pak Dirdjo (panggilan RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir pada tanggal 8 Januari 1913 di Keraton Paku Alam, Yogyakarta. Ia adalah anak tertua dari kakek buyut Paku Alam II, RM Pakoe Soedirdjo. Sejak usia 9 tahun, ia sudah bisa menguasai ilmu pencak silat di lingkungan keraton, sehingga ia percaya diri melatih teman-temannya di kawasan Paku Alaman. Selain pencak silat, ia juga belajar tari di Istana Paku Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.

     Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan membuka perguruan silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati.

  Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay.Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun.Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.Dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

  Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Ir Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.



Previous
This Is The Oldest Page

0 comments:

Posting Komentar